BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejarah merupakan
realitas masa lalu, ada sebahgian manusia berpendapat bahwa tidak penting
mengkaji tentang sejarah karena kejadian yang telah berlalu biarlah berlalu dan
tidak usah dikenang lagi. Namun, bagi penulis tidaklah demikian betapa penting
kita mengetahui sejarah karena dengan mengetahui sejarah kita lebih dapat
belajar banyak hal dari sejarah tersebut.
Seperti
takdir yang telah Allah tentukan di setiap kehidupan di muka bumi ini.
Mengalami masa pertumbuhan, kejayaan dan setelah sampai titik puncaknya akan
mengalami masa kemunduran dan bahkan kehancuran, bak sebuah roda yang berputar.
Sejenak
mengenang tiga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di
Persia dan Kerajaan Mughal di India telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan
peradaban islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan
Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) di kerajaan safawi, Syah Abbas I
membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode
kepemerintahannya dari tahun 1588-1628 M. Dan di Kerajaan Mughal meraih masa
keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M).
Seperti
takdir yang telah Allah tentukan di setiap kejayaan tentu akan berganti dengan
kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga
kerajaan tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah
kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran.
Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan kecepatan yang
berbeda-beda.
Demikian
pula yang terjadi pada Kerajaan Mughal (India) yang telah banyak memberikan
kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Sejarah Kerajaan Mughal di
Indialah yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Karena pengaruhnya sangat
besar terhadap kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana Sejarah Kerajaan Mughal di India?
2.
Siapakah Nama-nama Raja yang pernah memimpin
Kerajaan Monggol di India?
3.
Apa faktor-faktor yang menyebabkan Kerajaan
Mughal di India hancur?
C.
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam
makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui Sejarah Kerajaan Mughal di
India
2.
Untuk mengenal Nama-nama Raja yang pernah
memimpin Kerajaan Monggol di India
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
Kerajaan Mughal di India hancur
D.
Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan
Metode Deskriptif yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan data-data dan
menganalisis serta menarik kesimpulan dari data tersebut dengan mengadakan
library research,yaitu dengan cara menelaah sejumlah buku-buku,web untuk
memperoleh data-data, teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan
makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Kerajaan Mughal di India
1.
Asal
Usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua
India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun (1526-1858 M).
Dinasti Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M),
salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan.
Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana
dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad
akan menaklukan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia tengah pada masa
itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari
Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukan Samarkand tahun 1494 m. Pada
tahun 1504, ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan.[1]
Setelah Kabul dapat ditaklukan, Babur meneruskan
ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis,
sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim
Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul,
meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di delhi.
Permohonan itu lansung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai
Punjab dengan ibu kotanya Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju
delhi. Pada 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di
Panipat. Ibrahim Lody beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu.
Baber memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di
sana. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Mughal di India.[2]
Sedemikian Baber berjuang siang dan malam sampai lima tahun
lamanya, buat mendirikan Kerajaan Mongol India yang terkenal dan jaya itu, yang
diperintah oleh anaknya cucunya, sampai 200 tahun lamanya. Sultan Baber
terkenal karena gagah perkasanya. Seketika dia pergi menaklukan negeri
Samarkand yang kedua kali, kagumlah orang mengingat kegagahan dan
keberaniannya. Hanya dengan diikuti oleh 240 orang pengiringnya, dapat
dipanjatnya benteng kota negeri itu dan penduduknya pun tunduk.[3]
Selain dikenal dengan senutan gagah perkasa Baber pun merupakan
salah seorang penyair yang besar . Baber meninggal dunia pada tahun 1530 M.
Inilah masa-masa awal Kerajaan Mongol di India .
2.
Raja-raja Kerajaan Mughal
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal
dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat memerintah adalah:
1)
Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530)
Zahirudin Muhammad Babur adalah Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan
Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan.
2)
Humayun (1530-1556),
Sepeninggal
Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bernama Humayun.
Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M).
Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode
I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun
masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan
Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada
tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh
Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.[4]
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan.
Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah yang bernama Tahmasp.
Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia,
Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555
M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556
Humayun meninggal.
3)
Akbar (1556-1605),
Akbar merupakan anak Humayun. Akbar Pengganti
Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal
sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang
besar di India. Ketika menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun,
sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang
penganut Syi’ah. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan
sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih ber¬kuasa di Punjab.
Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan
Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan
Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut
kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut
Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalah¬kan dan ditangkap, kemudian
dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Setelah
Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai
pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah.
Bairam Khan memberontak, tetapi dapat
dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun
1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai
menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor,
Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.[5]
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai
berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India yakni kota
Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke
arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal Menurut Abu Su’ud, dengan
keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional).
Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi
bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan
Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India. Akbar meninggal pada tahun 1605
kemudian digantikan oleh anaknya Salim ke atas tahta kerajaan.[6]
4)
Jahangir (1605-1627)
Kepemimpinan
Jihangir yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh
dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup
dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan
Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta
penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya
yaitu Akbar. Jihangir meninggal pada tahun 1627 kemudian naiklah Khurram
mengantikannya dengan gelar syah jehan.
5)
Syah Jehan (1628¬-1658)
Bibit-bibit
disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian
terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali
pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela
berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja
Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang
dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian
Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631
pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli
Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu keamanan dan toleransi hidup
beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama Kristen. Tahun
1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak
istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit
keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada
akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
6)
Aurangzeb (1658-1707)
Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang
berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat
perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa
pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa
konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri
Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur
akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.
7)
Sultan Muhammad Syah (1707-1712)
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan
penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam
negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran
Kerajaan Mughal. Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun
kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar
dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja
Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah
di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar,
keponakannya sen¬diri.
Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713,
Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada
tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan
Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia
kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah.
Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan
kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak
terurus secara baik. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan
loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
8)
Sultan Alam Syah
Pada
masa pemerintahan Syah Alam (1760¬1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan
Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari
serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap
diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
9)
Bahadur Syah
Setelah Muhammad Akbar Syah meninggal pada
tahun 1837, naiklah Bahadur Syah. Dia pun menruskan nasib yang digantikannya
juga, bergelar sultan dengan tidak berkuasa, diberi gaji setiap bulan oleh
kompeni inggris . Maka sangatlah SAKIT HATI Sultan keturunan Raja-raja besar
ini atas nasib yang menimpa dirinya. Tidaklah dia pernah menunjukkan rasa
hormatnya kepada bangsa yang menaklukannya itu. Bahadur Syah, raja terakhir
Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian
berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
3.
Masa Kejayaan Kerajaan Mughal
1.
Bidang
Pemerintahan dan Sosial- Politik
Sistem pemerintahan Dinasti Mughal adalah
militeristik. Pemerintah pusat dipegang oleh sultan yang bersifat diktator.
Pemerintah daerah dipegang oleh sipah salar atau kepala komandan, sedangkan sub
distrik dipegang oleh faudjar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga memakai
jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer.
Sistem
yang menonjol adalah politik “Sulakhul” atau toleransi universal. yang
diterapkan oleh Akbar. Dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama.
Mereka tidak dibedakan Karena perbedaan etnis dan agama. Secara umum politik
“Sulakhul” ini berhasil menciptakan kerukunan masyarakat India yang sangat
beragam suku dan keyakinannya. Lembaga yang merupakan produk dari sistem
politik “Sulakhul” adalah terciptanya Din Ilahi,[25] yaitu menjadikan semua
agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya adalah kepentingan stabilitas
politik.
Dengan
adanya penyatuan agama ini diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk
agama. Untuk merealisasikan ajarannya Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua
kali, berkhutbah dengan menggunakan simbol Hindu, melarang menulis dengan huruf
Arab, tidak mewajibkan khitan dan melarang menyembelih atau memakan daging
sapi.[26] Usaha lain Akbar adalah membentuk mansabdharis, yaitu lembaga public
service yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti menyiapkan
sejumlah pasukan tertentu.Lembaga ini merupakan satu kelas penguasa yang
terdiri dari berbagai etnis yang ada, yaitu Turki, Afghan, Persia Dan Hindu.[7]
2. Bidang Ekonomi dan Keuangan
Tidak ada suatu kemajuan pun yang bisa dicapai oleh suatu
pemerintahan, tanpa ditopang dengan ekonomi serta keuangan yang kuat. Karena
itulah, para sultan Mughal sangat memperhatikan hal tersebut. Untuk itu, maka
dikenakan pajak atas tanah, bea cukai dan lain-lain. Selain itu Kontribusi
Mughal di bidang ekonomi adalah memajukan pertanian terutama pertanian untuk
tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas. Pemerintah
membentuk lembaga khusus untuk mengatur masalah pertanian. Wilayah terkecil
disebut deh, dan beberapa deh tergabung dalam Pargana (Kawedanan). Setiap
komunitas petani dipimpin oleh Mukaddam. Melalui Mukaddam inilah pemerintah
berhubungan dengan petani.
Di samping pertanian, pemerintah juga memajukan industri
tenun, yang mana kerajinan tenun berkembang menjadi pabrik tekstil pada masa
Aurangzeb. Hasil industri ini banyak di ekspor ke luar negeri seperti Eropa,
Arab, Asia Tenggara dan lain-lain. Rempah-rempah, opium, gula, bubuk sodium,
wool, parfum dan lain-lain juga merupakan barang-barang produksi Mughal yang
menjadi komoditi ekspor dan menambah sumber keuangan Mughal. Pada masa
Jahangir, banyak investor asing yang diizinkan menanamkan investasinya, seperti
mengizinkan Inggris dan Belanda mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di
Surat.
3.Bidang
Intelektual ( Pendidikan dan Pengetahuan)
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang
ilmu pengetahuan. Sejak berdiri dinasti ini banyak ilmuwan yang datang ke India
untuk menuntut ilmu pengetahuan, bahkan istana Mughal pun menjadi pusat
kegiatan kebudayaan. Hal ini karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan
serta ulama. Aurangeb misalnya, memberikan sejumlah besar uang dan tanah untuk
membangun pusat pendidikan di Lucknow, Akbar juga menghibahkan sekolah dan
perpustakaan .
Pada masa Mughal, tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat
dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Shah Jehan didirikan sebuah
perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintahan dipegang
oleh Aurangzeb. Di bidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum Islam yang
dikenal dengan sebutan fatawa I Alamgiri.[32]
Selain hal di atas, banyak juga dibangun sekolah-sekolah
atau madrasah pada masa ini, disertai dengan corak sekolah yang berbeda, baik
dikarenakan perbedaan mazhab maupun disebabkan kekhususan ilmu, Seperti
madrasah Rahimiyah di Deobond dengan mata kuliah pokok tafsir, hadis dan fiqih.
Selain itu dibangun juga perpustakaan, seperti di Agra yang pada tahun 1641
telah memiliki 24.000 buku. Akibat dari banyaknya sekolah yang dibangun, maka
banyak lahir para ahli intelektual, atau pengarang-pengarang seperti dalam
bidang politik, filsafat, hadis, qur’an, tasawuf, at-thib ( ilmu kedokteran ),
ilmu pasti, ilmu peperangan, ilmu teknik.
Dokter-dokter pengarang besar abad 17 pada masa Mughal India
adalah Dara Shukuh yang mengarang kedokteran Dara Shukuh, yang merupakan
ensiklopedi medis besar terakhir dalam Islam. Ia juga dikenal sebagai seorang
sufi.
Ilmu medis Islam terus berkembang di India sepanjang abad 12
H/ 18 M, seperti skala kedokteran yang dibuat oleh Muhammad Akbar Syah Arzani
dari Shiraz. Dengan kehadirannya ilmu medis India/ Islam yang merupakan ilmu
medis yang berbentuk filosofi medis ( memakai pendekatan kepada Allah) hidup
bersaing dengan ilmu medis modern Eropa.[34] Di samping banyak madrasah dan
ulama lahir pula Mausu’at dan Majmu’at ( Buku kumpulan berbagai ilmu dan
masalah, seperti ensiklopedi).
4. Bidang Arsitektur, Bahasa dan Sastra
Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan
bisa dinikmati sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal
adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni.
Bangunan yang menunjukkan ciri ini antara lain: benteng merah (Lah Qellah), istana-istana,
makam kerajaan dan yang paling mengagumkan adalah Taj Mahal di Agra. [8]Istana
ini merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang dibangun oleh Shah
Jehan khusus untuk istrinya Momtaj Mahal yang cantik jelita. Bangunan lain yang
bermotif sama adalah Masjid Raya Delhi yang berlapis marmer, sebuah istana di
Lahore, istana Fatpur Sikri di Sikri, masjid Moti “ masjid Mutiara” di Agra,
yang seluruhnya terbuat dari marmer dan dipahatkan Al-qur’an didalamnya dengan mempergunakan
marmer hitam.
Bidang sastra juga menonjol. Banyak karya sastra yang
digubah dari bahasa Persia ke bahasa India. Pada masa Akbar berkembang bahasa
Urdu, yang merupakan perpaduan antara bahasa Persia dan Hindi asli. Bahasa Urdu
pernah dijadikan bahasa ilmu pengetahuan diantaranya karangan Ikhwanus Shofa di
salin ke dalam bahasa Urdu oleh Ikrom Ali. Bahasa Urdu ini kemudian banyak
dipakai di India dan Pakistan sekarang. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah
Malik Muhammad Jayashi, dengan karya monimentalnya Padmavat, sebuah karya
alegoris yang mengandung kebajikan jiwa manusia. Sastrawan lain adalah Abu Fadhl
yang juga sejarawan. Karyanya berjudul Akbar Nama dan Ain-I-Akhbari, yang
mengupas sejarah Mughal berdasarkan figur pimpinannya.
4. Masa Kemunduran Monggol
Ada beberapa faktor internal
kerajaan yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal ini mundur pada satu
setengah abad terakhir, dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M adalah:
- Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera di pantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persejataan buatan Mughal itu sendiri.
- Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya[2], sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
- Dekadensi moral dan gaya hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
- Semua pewaris kerajaan pada masa terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan, sehingga tidak mampu menangani kemerosotan politik dalam negeri.[9]
Faktor
eksternal ditandai dengan banyaknya gerakan pemberontakan sebagai akibat dari
lemahnya para pemimpin kerajaan Mughal setelah kepemimpinan Aurangzeb, sehingga
banyak wilayah-wilayah kerajaan Mughal yang terlepas dari kekuasaan Mughal.
Adapun pemberontakan-pemberontakan tersebut antara lain:
- Kaum Hindu yang dipimpin oleh Banda berhasil merebut Sadhura, letaknya di sebelah utara Delhi dan juga kota Sirhind.
- Golongan Marata yang dipimpin oleh Baji Rao dan berhasil merebut wilayah Gujarat.
- Pada masa pemerintahan Syah Alam terjadi beberapa serangan dari pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Syah Alam mengalami kekalahan dan Mughal jatuh pada kekuasaan Afghanistan.[10]
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan,yaitu:
a.
Kerajaan Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India,
dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun (1526-1858 M). Dinasti
Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah
satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan. Ayahnya
bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana
b.
Nama-nama Raja Kerajaan Mughal :
1.
Zahiruddin
Babur (1482-1530 M)
2.
Humayun
(1530-1539 M)
3.
Akbar
Syah I (1556-1605 M)
- Jehangir (1605-1628 M)
- Syah Jehan (1628-1658 M)
- Aurangzeb (Alamgir I) (1658-1707 M)
- Muazzam (Bahadur Syah I) (1707-1712 M)
- Azimus Syah (1712 M)
- Jihandar Syah (1712 M)
- Farukh Siyar (1713-1719 M)
- Muhammad Syah (1719-1748 M)
- Ahmad Syah (1748-1754 M)
- Alamghir II (1754-1759 M)
- Syah Alam II (1759-1806 M)
- Akbar II (1806-1837 M)
- Bahadur Syah II (1837-1858 M)
c.
Masa Kejayaan Kerajaan Mughal
1.
Bidang
Pemerintahan dan Sosial- Politik
2.
Bidang Ekonomi dan Keuangan
3.
Bidang
Intelektual ( Pendidikan dan Pengetahuan)
4.
Bidan
Arsitektur,Bahasaa dan Sastra
d.
Masa Kemunduran Monggol
Ada beberapa faktor internal
kerajaan yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal ini mundur pada satu
setengah abad terakhir, dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M adalah:
a) Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga
operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera di pantau
oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka
kurang terampil dalam mengoperasikan persejataan buatan Mughal itu sendiri.
b) Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan
ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya[2],
sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan
sesudahnya.
c) Dekadensi moral dan gaya hidup mewah di kalangan elite politik,
yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
d) Semua pewaris kerajaan pada masa terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan, sehingga tidak mampu menangani kemerosotan
politik dalam negeri.[11]
Faktor
eksternal ditandai dengan banyaknya gerakan pemberontakan sebagai akibat dari
lemahnya para pemimpin kerajaan Mughal setelah kepemimpinan Aurangzeb, sehingga
banyak wilayah-wilayah kerajaan Mughal yang terlepas dari kekuasaan Mughal.
Adapun pemberontakan-pemberontakan tersebut antara lain:
a) Kaum Hindu yang dipimpin oleh Banda berhasil merebut Sadhura,
letaknya di sebelah utara Delhi dan juga kota Sirhind.
b) Golongan Marata yang dipimpin oleh Baji Rao dan berhasil merebut
wilayah Gujarat.
c) Pada masa pemerintahan Syah Alam terjadi beberapa serangan dari
pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Syah Alam mengalami
kekalahan dan Mughal jatuh pada kekuasaan Afghanistan.[12]
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim,Sejarah Peradaban
Islam(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada)2004
Hamka, Sejarah Umat Islam(Singapura:Pustaka
Nasional Pte.Ltd)2005
Munawiyah dkk,Sejarah Peradaban
Islam,(Banda Aceh:Bandar Publishing)2009
http://mashajirismail.wordpress.com/2011/02/02/sejarah-peradaban-islam-pada-kerajaan-mughl-india/di akses pada tanggal 13 desember 2012 pada pukul 22.00
dinasti-mughal-di-india-932-1274-h-1526.html
diakses pada tanggal 15 desember 2012 pada pukul 23.00
Kerajaan
Mughal Di India _ Yusuf Fahrurrozi Blog’s.htm, di akses pada tanggal 15
desember pada pukul 23.00
[1]
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada)
hlm 147
[2]
Badri Yatim,Sejarah Peradaban………………hlm 147
[3]
Hamka, Sejarah Umat Islam(Singapura:Pustaka Nasional Pte.Ltd)hlm 503
[4]
http://mashajirismail.wordpress.com/2011/02/02/sejarah-peradaban-islam-pada-kerajaan-mughal-india/di
akses pada tanggal 13 desember 2012 pada pukul 22.00
[5]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban ……………………………………..hlm 149
[6]
Hamka, Sejarah Umat……………….hlm 513
[7]
dinasti-mughal-di-india-932-1274-h-1526.html diakses pada tanggal 15 desember
2012 pada pukul 23.00
[8]
Munawiyah dkk,Sejarah Peradaban Islam,(Banda Aceh:Bandar Publishing)hlm
185
[9]
Munawiyah ,dkk,Sejarah Peradaban Islam(Banda Aceh: PSW IAIN
Ar-Raniry)hlm 185
[10]
Kerajaan Mughal Di India _ Yusuf Fahrurrozi Blog’s.htm, di akses pada tanggal
15 desember pada pukul 23.00
[11]
Munawiyah ,dkk,Sejarah Peradaban Islam(Banda Aceh: PSW IAIN
Ar-Raniry)hlm 185
[12]
Kerajaan Mughal Di India _ Yusuf Fahrurrozi Blog’s.htm, di akses pada tanggal
15 desember pada pukul 23.00