Minggu, 16 Desember 2012

kerajaan monggol di India


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Sejarah merupakan realitas masa lalu, ada sebahgian manusia berpendapat bahwa tidak penting mengkaji tentang sejarah karena kejadian yang telah berlalu biarlah berlalu dan tidak usah dikenang lagi. Namun, bagi penulis tidaklah demikian betapa penting kita mengetahui sejarah karena dengan mengetahui sejarah kita lebih dapat belajar banyak hal dari sejarah tersebut.
            Seperti takdir yang telah Allah tentukan di setiap kehidupan di muka bumi ini. Mengalami masa pertumbuhan, kejayaan dan setelah sampai titik puncaknya akan mengalami masa kemunduran dan bahkan kehancuran, bak sebuah roda yang berputar.
Sejenak mengenang tiga kerajaan Islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) di kerajaan safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya dari tahun 1588-1628 M. Dan di Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M).
Seperti takdir yang telah Allah tentukan di setiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Demikian pula yang terjadi pada Kerajaan Mughal (India) yang telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Sejarah Kerajaan Mughal di Indialah yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Karena pengaruhnya sangat besar terhadap kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimana Sejarah Kerajaan Mughal di India?
2.      Siapakah Nama-nama Raja yang pernah memimpin Kerajaan Monggol di India?
3.      Apa faktor-faktor yang menyebabkan Kerajaan Mughal di India hancur?

C.     Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Sejarah Kerajaan Mughal di India
2.      Untuk mengenal Nama-nama Raja yang pernah memimpin Kerajaan Monggol di India
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan Kerajaan Mughal di India hancur

D.    Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan Metode Deskriptif yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan data-data dan menganalisis serta menarik kesimpulan dari data tersebut dengan mengadakan library research,yaitu dengan cara menelaah sejumlah buku-buku,web untuk memperoleh data-data, teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan makalah ini.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Kerajaan Mughal di India
1.      Asal Usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun (1526-1858 M). Dinasti Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia tengah pada masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukan Samarkand tahun 1494 m. Pada tahun 1504, ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan.[1]
Setelah Kabul dapat ditaklukan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di delhi. Permohonan itu lansung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kotanya Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju delhi. Pada 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim Lody beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Baber memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Mughal di India.[2]
Sedemikian Baber berjuang siang dan malam sampai lima tahun lamanya, buat mendirikan Kerajaan Mongol India yang terkenal dan jaya itu, yang diperintah oleh anaknya cucunya, sampai 200 tahun lamanya. Sultan Baber terkenal karena gagah perkasanya. Seketika dia pergi menaklukan negeri Samarkand yang kedua kali, kagumlah orang mengingat kegagahan dan keberaniannya. Hanya dengan diikuti oleh 240 orang pengiringnya, dapat dipanjatnya benteng kota negeri itu dan penduduknya pun tunduk.[3]
Selain dikenal dengan senutan gagah perkasa Baber pun merupakan salah seorang penyair yang besar . Baber meninggal dunia pada tahun 1530 M. Inilah masa-masa awal Kerajaan Mongol di India .
2.      Raja-raja Kerajaan Mughal
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat memerintah adalah:
1)      Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530)
Zahirudin Muhammad Babur adalah  Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan.
2)      Humayun (1530-1556),
        Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bernama Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.[4]
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal.
3)      Akbar (1556-1605),
Akbar merupakan anak Humayun. Akbar Pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Ketika menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih ber¬kuasa di Punjab.
Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalah¬kan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah.
Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.[5]
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal Menurut Abu Su’ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India. Akbar meninggal pada tahun 1605 kemudian digantikan oleh anaknya Salim ke atas tahta kerajaan.[6]
4)      Jahangir (1605-1627)
Kepemimpinan Jihangir yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar. Jihangir meninggal pada tahun 1627 kemudian naiklah Khurram mengantikannya dengan gelar syah jehan.
5)      Syah Jehan (1628¬-1658)
Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.



6)      Aurangzeb (1658-1707)
 Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.
7)      Sultan Muhammad Syah (1707-1712)
 Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal. Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sen¬diri.
Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
8)      Sultan Alam Syah
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760¬1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
9)      Bahadur Syah
Setelah Muhammad Akbar Syah meninggal pada tahun 1837, naiklah Bahadur Syah. Dia pun menruskan nasib yang digantikannya juga, bergelar sultan dengan tidak berkuasa, diberi gaji setiap bulan oleh kompeni inggris . Maka sangatlah SAKIT HATI Sultan keturunan Raja-raja besar ini atas nasib yang menimpa dirinya. Tidaklah dia pernah menunjukkan rasa hormatnya kepada bangsa yang menaklukannya itu. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
3.      Masa Kejayaan Kerajaan Mughal
1.      Bidang Pemerintahan dan Sosial- Politik
Sistem pemerintahan Dinasti Mughal adalah militeristik. Pemerintah pusat dipegang oleh sultan yang bersifat diktator. Pemerintah daerah dipegang oleh sipah salar atau kepala komandan, sedangkan sub distrik dipegang oleh faudjar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti latihan militer.
Sistem yang menonjol adalah politik “Sulakhul” atau toleransi universal. yang diterapkan oleh Akbar. Dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan Karena perbedaan etnis dan agama. Secara umum politik “Sulakhul” ini berhasil menciptakan kerukunan masyarakat India yang sangat beragam suku dan keyakinannya. Lembaga yang merupakan produk dari sistem politik “Sulakhul” adalah terciptanya Din Ilahi,[25] yaitu menjadikan semua agama yang ada di India menjadi satu. Tujuannya adalah kepentingan stabilitas politik.
Dengan adanya penyatuan agama ini diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk agama. Untuk merealisasikan ajarannya Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua kali, berkhutbah dengan menggunakan simbol Hindu, melarang menulis dengan huruf Arab, tidak mewajibkan khitan dan melarang menyembelih atau memakan daging sapi.[26] Usaha lain Akbar adalah membentuk mansabdharis, yaitu lembaga public service yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti menyiapkan sejumlah pasukan tertentu.Lembaga ini merupakan satu kelas penguasa yang terdiri dari berbagai etnis yang ada, yaitu Turki, Afghan, Persia Dan Hindu.[7]
2. Bidang Ekonomi dan Keuangan
Tidak ada suatu kemajuan pun yang bisa dicapai oleh suatu pemerintahan, tanpa ditopang dengan ekonomi serta keuangan yang kuat. Karena itulah, para sultan Mughal sangat memperhatikan hal tersebut. Untuk itu, maka dikenakan pajak atas tanah, bea cukai dan lain-lain. Selain itu Kontribusi Mughal di bidang ekonomi adalah memajukan pertanian terutama pertanian untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas. Pemerintah membentuk lembaga khusus untuk mengatur masalah pertanian. Wilayah terkecil disebut deh, dan beberapa deh tergabung dalam Pargana (Kawedanan). Setiap komunitas petani dipimpin oleh Mukaddam. Melalui Mukaddam inilah pemerintah berhubungan dengan petani.
Di samping pertanian, pemerintah juga memajukan industri tenun, yang mana kerajinan tenun berkembang menjadi pabrik tekstil pada masa Aurangzeb. Hasil industri ini banyak di ekspor ke luar negeri seperti Eropa, Arab, Asia Tenggara dan lain-lain. Rempah-rempah, opium, gula, bubuk sodium, wool, parfum dan lain-lain juga merupakan barang-barang produksi Mughal yang menjadi komoditi ekspor dan menambah sumber keuangan Mughal. Pada masa Jahangir, banyak investor asing yang diizinkan menanamkan investasinya, seperti mengizinkan Inggris dan Belanda mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.
3.Bidang Intelektual ( Pendidikan dan Pengetahuan)

Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdiri dinasti ini banyak ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan, bahkan istana Mughal pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan serta ulama. Aurangeb misalnya, memberikan sejumlah besar uang dan tanah untuk membangun pusat pendidikan di Lucknow, Akbar juga menghibahkan sekolah dan perpustakaan .
Pada masa Mughal, tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Shah Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintahan dipegang oleh Aurangzeb. Di bidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan fatawa I Alamgiri.[32]

Selain hal di atas, banyak juga dibangun sekolah-sekolah atau madrasah pada masa ini, disertai dengan corak sekolah yang berbeda, baik dikarenakan perbedaan mazhab maupun disebabkan kekhususan ilmu, Seperti madrasah Rahimiyah di Deobond dengan mata kuliah pokok tafsir, hadis dan fiqih. Selain itu dibangun juga perpustakaan, seperti di Agra yang pada tahun 1641 telah memiliki 24.000 buku. Akibat dari banyaknya sekolah yang dibangun, maka banyak lahir para ahli intelektual, atau pengarang-pengarang seperti dalam bidang politik, filsafat, hadis, qur’an, tasawuf, at-thib ( ilmu kedokteran ), ilmu pasti, ilmu peperangan, ilmu teknik.
Dokter-dokter pengarang besar abad 17 pada masa Mughal India adalah Dara Shukuh yang mengarang kedokteran Dara Shukuh, yang merupakan ensiklopedi medis besar terakhir dalam Islam. Ia juga dikenal sebagai seorang sufi.
Ilmu medis Islam terus berkembang di India sepanjang abad 12 H/ 18 M, seperti skala kedokteran yang dibuat oleh Muhammad Akbar Syah Arzani dari Shiraz. Dengan kehadirannya ilmu medis India/ Islam yang merupakan ilmu medis yang berbentuk filosofi medis ( memakai pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan ilmu medis modern Eropa.[34] Di samping banyak madrasah dan ulama lahir pula Mausu’at dan Majmu’at ( Buku kumpulan berbagai ilmu dan masalah, seperti ensiklopedi).
4. Bidang Arsitektur, Bahasa dan Sastra
Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan bisa dinikmati sampai sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Bangunan yang menunjukkan ciri ini antara lain: benteng merah (Lah Qellah), istana-istana, makam kerajaan dan yang paling mengagumkan adalah Taj Mahal di Agra. [8]Istana ini merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang dibangun oleh Shah Jehan khusus untuk istrinya Momtaj Mahal yang cantik jelita. Bangunan lain yang bermotif sama adalah Masjid Raya Delhi yang berlapis marmer, sebuah istana di Lahore, istana Fatpur Sikri di Sikri, masjid Moti “ masjid Mutiara” di Agra, yang seluruhnya terbuat dari marmer dan dipahatkan Al-qur’an didalamnya dengan mempergunakan marmer hitam.



Bidang sastra juga menonjol. Banyak karya sastra yang digubah dari bahasa Persia ke bahasa India. Pada masa Akbar berkembang bahasa Urdu, yang merupakan perpaduan antara bahasa Persia dan Hindi asli. Bahasa Urdu pernah dijadikan bahasa ilmu pengetahuan diantaranya karangan Ikhwanus Shofa di salin ke dalam bahasa Urdu oleh Ikrom Ali. Bahasa Urdu ini kemudian banyak dipakai di India dan Pakistan sekarang. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayashi, dengan karya monimentalnya Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung kebajikan jiwa manusia. Sastrawan lain adalah Abu Fadhl yang juga sejarawan. Karyanya berjudul Akbar Nama dan Ain-I-Akhbari, yang mengupas sejarah Mughal berdasarkan figur pimpinannya.

4.      Masa Kemunduran Monggol
Ada beberapa faktor internal kerajaan yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal ini mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M adalah:
  1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera di pantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persejataan buatan Mughal itu sendiri.
  2. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya[2], sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
  3. Dekadensi moral dan gaya hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
  4. Semua pewaris kerajaan pada masa terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan, sehingga tidak mampu menangani kemerosotan politik dalam negeri.[9]


Faktor eksternal ditandai dengan banyaknya gerakan pemberontakan sebagai akibat dari lemahnya para pemimpin kerajaan Mughal setelah kepemimpinan Aurangzeb, sehingga banyak wilayah-wilayah kerajaan Mughal yang terlepas dari kekuasaan Mughal. Adapun pemberontakan-pemberontakan tersebut antara lain:
  1. Kaum Hindu yang dipimpin oleh Banda berhasil merebut Sadhura, letaknya di sebelah utara Delhi dan juga kota Sirhind.
  2. Golongan Marata yang dipimpin oleh Baji Rao dan berhasil merebut wilayah Gujarat.
  3. Pada masa pemerintahan Syah Alam terjadi beberapa serangan dari pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Syah Alam mengalami kekalahan dan Mughal jatuh pada kekuasaan Afghanistan.[10]


BAB III
PENUTUP
1.            Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan,yaitu:
a.       Kerajaan Mughal merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun (1526-1858 M). Dinasti Mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana
b.      Nama-nama Raja Kerajaan Mughal :
1.      Zahiruddin Babur (1482-1530 M)
2.      Humayun (1530-1539 M)
3.      Akbar Syah I (1556-1605 M)
  1. Jehangir (1605-1628 M)
  2. Syah Jehan (1628-1658 M)
  3. Aurangzeb (Alamgir I) (1658-1707 M)
  4. Muazzam (Bahadur Syah I) (1707-1712 M)
  5. Azimus Syah (1712 M)
  6. Jihandar Syah (1712 M)
  7. Farukh Siyar (1713-1719 M)
  8. Muhammad Syah (1719-1748 M)
  9. Ahmad Syah (1748-1754 M)
  10. Alamghir II (1754-1759 M)
  11. Syah Alam II (1759-1806 M)
  12. Akbar II (1806-1837 M)
  13. Bahadur Syah II (1837-1858 M)
c.       Masa Kejayaan Kerajaan Mughal
1.      Bidang Pemerintahan dan Sosial- Politik
2.      Bidang Ekonomi dan Keuangan
3.      Bidang Intelektual ( Pendidikan dan Pengetahuan)
4.      Bidan Arsitektur,Bahasaa dan Sastra




d.      Masa Kemunduran Monggol
Ada beberapa faktor internal kerajaan yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal ini mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M adalah:
a)      Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera di pantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persejataan buatan Mughal itu sendiri.
b)      Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya[2], sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
c)       Dekadensi moral dan gaya hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
d)      Semua pewaris kerajaan pada masa terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan, sehingga tidak mampu menangani kemerosotan politik dalam negeri.[11]

Faktor eksternal ditandai dengan banyaknya gerakan pemberontakan sebagai akibat dari lemahnya para pemimpin kerajaan Mughal setelah kepemimpinan Aurangzeb, sehingga banyak wilayah-wilayah kerajaan Mughal yang terlepas dari kekuasaan Mughal. Adapun pemberontakan-pemberontakan tersebut antara lain:
a)      Kaum Hindu yang dipimpin oleh Banda berhasil merebut Sadhura, letaknya di sebelah utara Delhi dan juga kota Sirhind.
b)      Golongan Marata yang dipimpin oleh Baji Rao dan berhasil merebut wilayah Gujarat.
c)       Pada masa pemerintahan Syah Alam terjadi beberapa serangan dari pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Syah Alam mengalami kekalahan dan Mughal jatuh pada kekuasaan Afghanistan.[12]


  DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada)2004
Hamka, Sejarah Umat Islam(Singapura:Pustaka Nasional Pte.Ltd)2005
Munawiyah dkk,Sejarah Peradaban Islam,(Banda Aceh:Bandar Publishing)2009

dinasti-mughal-di-india-932-1274-h-1526.html diakses pada tanggal 15 desember 2012 pada pukul 23.00

Kerajaan Mughal Di India _ Yusuf Fahrurrozi Blog’s.htm, di akses pada tanggal 15 desember pada pukul 23.00








[1] Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada) hlm 147
[2] Badri Yatim,Sejarah Peradaban………………hlm 147
[3] Hamka, Sejarah Umat Islam(Singapura:Pustaka Nasional Pte.Ltd)hlm 503
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban ……………………………………..hlm 149
[6] Hamka, Sejarah Umat……………….hlm 513
[7] dinasti-mughal-di-india-932-1274-h-1526.html diakses pada tanggal 15 desember 2012 pada pukul 23.00
[8] Munawiyah dkk,Sejarah Peradaban Islam,(Banda Aceh:Bandar Publishing)hlm 185
[9] Munawiyah ,dkk,Sejarah Peradaban Islam(Banda Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry)hlm 185
[10] Kerajaan Mughal Di India _ Yusuf Fahrurrozi Blog’s.htm, di akses pada tanggal 15 desember pada pukul 23.00
[11] Munawiyah ,dkk,Sejarah Peradaban Islam(Banda Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry)hlm 185
[12] Kerajaan Mughal Di India _ Yusuf Fahrurrozi Blog’s.htm, di akses pada tanggal 15 desember pada pukul 23.00